Rombongan bermotor kurang lebih berjumlah 40 orang datang sekitar pukul tiga sore pada Sabtu, 30 Agustus 2025. Mereka hendak melabrak Ahmad Sahroni—yang saat itu menjabat Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem—di rumahnya daerah Kebon Bawang, Tanjung Priok Jakarta Utara. Namun mereka terhenti di depan Gang Swasembada Timur XXII karena diportal warga.
Sekira satu jam kemudian, gerombolan massa yang dipimpin laki-laki bertopi putih dengan motif garis-garis hitam berlogo T, datang dari arah kanan gang. Dia memakai kaus berwarna cokelat muda, celana pendek berkelir biru, dan sandal hitam.
Laki-laki bercomek di atas dagu itu datang bersama massa yang jauh lebih banyak. Dia langsung merangsek ke depan serta mendorong warga yang berjaga, lalu menendang dan menggoyang-goyangkan portal sendirian sampai terbuka.
“Aku langsung tutup (toko),” kata seorang perempuan yang tokonya menjadi area yang awalnya dilewati massa itu kepada asianews.com, “udah ketakutan aku di dalam.”
Gerombolan yang datang bersama laki-laki itu dan massa yang sebelumnya terhenti di depan portal memenuhi gang kecil rumah Sahroni. Mereka berlarian ke depan rumah Sahroni sambil bersorak dan berteriak, “Buka… buka… buka pintunya!”

Seseorang (di tengah) memakai kaus berwarna cokelat muda, celana pendek berkelir biru, dan sandal hitam datang bersama massa yang lebih agresif. Dia langsung mendorong warga yang berjaga dan membuka paksa portal rumah Ahmad Sahroni. Dia orang pertama yang menendang dan menggoyang-goyang pagar rumah Sahroni.
Foto : Dok. Istimewa
Bukan warga yang saya kenal ya. Bukan warga sekitar sini. Datangnya bergelombang.”
Laki-laki berperawakan gempal itu menjadi orang pertama yang sampai di depan rumah Sahroni. Ia merogoh ke lubang pagar, mencoba membuka engselnya. Lalu ia menggoyang-goyangkan dan menendang gerbang rumah itu seraya mau merobohkannya.
Warga meminta orang tersebut dan kelompoknya mundur. Dia langsung mundur hanya sekitar 2 meter dari depan gerbang rumah Sahroni. Dia tetap di barisan terdepan. Ia lalu merogoh saku celana pendeknya untuk mengambil ponsel, lalu merekam suasana yang terjadi.
Beberapa kali dia cekcok dengan warga karena ngotot tak mau mundur lebih jauh. Tak lama, massa di sekitar laki-laki tersebut kembali maju, melempar batu, dan menendang pagar rumah Sahroni.
Saat warga merangsek masuk ke rumah Sahroni dan merusak mobil listrik di garasi, laki-laki tersebut berdiri di atas pagar hitam yang sudah roboh. Dia masih merekam suasana, termasuk massa yang menjarah barang dari dalam rumah Sahroni. Di sampingnya, terdapat dua remaja bertubuh ceking yang pertama melempar bongkahan batu dan merusak CCTV rumah Sahroni.
Setelah itu, massa semakin banyak dan tak terkendali. Sebagian dari massa tersebut datang dengan menaiki mobil pikap dan turun di depan gang perkampungan. Sebagian mobil pikap tersebut juga dipakai untuk mengangkut barang hasil menjarah. Menurut beberapa warga, massa penjarah ini bergerak seperti sesuai instruksi atau ada koordinator yang memberikan komando.
“Itu didrop pakai pikap,” ucap salah satu warga kepada asianews.com pekan lalu.
Memasuki malam, salah satu warga mengaku diberi tahu oleh orang yang mengaku sebagai aparatur negara, penjarahan hanya akan berlangsung sampai sekitar pukul 21.00 WIB. Melebihi jam itu, para penjarah disebut akan ‘diatasi’. Benar saja, menurut warga, penjarahan berlangsung sengit sampai kira-kira pukul sembilan malam.
Sehari sebelumnya, sejumlah kendaraan dari rumah Sahroni sudah dikeluarkan dan dipindahkan. Beberapa jam sebelum penjarahan, sejumlah pria misterius datang dan bersiaga di depan gang salah satu perkampungan Tanjung Priok. Kepada warga, orang-orang yang tak berseragam ini mengaku bagian dari salah satu institusi negara yang terbiasa bawa bedil. Mulanya warga tak menggubris. Namun tak berapa lama, orang- orang misterius ini mulai membisiki beberapa warga. Mereka meminta warga untuk bersiap akan adanya kericuhan. Kabar berembus cepat. Sejumlah warga mulai gelisah, sebagian besar toko dan warung ditutup.

Massa saat ramai-ramai menjarah isi rumah Ahmad Sahroni di kawasan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (30/8/2025).
Foto : Dhemas Reviyanto/Antarafoto
Massa Memakai Penutup Muka dan Helm
Menurut beberapa saksi mata, massa yang ngeluruk ke rumah Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio—saat itu menjabat Wakil Ketua Komisi VI DPR RI—tampak terkoordinasi dan langsung mengetahui titik lokasi sasaran. Dua saksi juga membenarkan adanya mobil bak terbuka yang digunakan oleh massa penjarah tersebut pada Sabtu, 30 Agustus 2025.
“Bukan warga yang saya kenal ya. Bukan warga sekitar sini. Datangnya bergelombang,” kata seorang penjaga keamanan kepada asianews.com.
Massa itu, kata saksi mata, bergemuruh meneriakkan “Buka! Buka! Buka!” Sampai akhirnya pintu gerbang dibuka dengan sukarela. “Karena kan, kalau misalkan ditahan, anarkis mereka. Akhirnya dibuka, masuk semua,” kata penjaga keamanan itu.
Rumah Sekjen Partai Amanat Nasional itu terletak di kawasan elite Kuningan, Jakarta Selatan, berdekatan dengan fasilitas milik kedutaan berbagai negara. Hampir tiap gang di area itu dijaga oleh pihak keamanan dan dilengkapi portal besi serta kamera pengawas.
Sekitar pukul sembilan malam, saksi melihat massa mulai berdatangan tepat di depan gang yang mengarah langsung ke rumah Eko. Massa yang datang ini disebut terdiri atas pemuda yang memakai penutup muka dan helm. Mereka memaksa penjaga membuka portal dan berusaha merusak kamera pengawas.
Ada dua orang yang sejak awal aktif memprovokasi massa. Dalam beberapa rekaman video yang asianews.comamati, dua orang ini tampak selalu bersama. Saat satu orang aktif memprovokasi dan meneriaki massa, satu orang lagi tampak berusaha membuka portal. Dua orang ini aktif mengomandoi sampai massa masuk rumah. Namun, dari video yang ada, dua orang ini tak tampak aktif menjarah atau membawa barang dari kediaman Eko. Mereka juga terdengar jelas melarang orang lain merekam video.
Para saksi menyebut massa yang datang di awal bergerak taktis, cepat, dan relatif bersih. Mereka fokus menyasar rumah Eko tanpa peduli dengan rumah atau fasilitas lain di sekitar. Begitu rumah sasaran dijebol, massa penjarah disebut langsung merusak CCTV dan menggondol perangkat pelengkapnya.
Penjarahan disebut terjadi dalam tiga gelombang pada hari itu. Beberapa massa juga menggunakan mobil bak terbuka untuk mengangkut barang jarahan. Keadaan disebut mulai lengang saat Subuh.
Grup Telegram Penjarah dan Alat Congkel
Sejumlah massa—diperkirakan puluhan orang—awalnya berkumpul di halaman sebuah rumah ibadah di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, pada sore menjelang petang, Sabtu, 30 Agustus 2025. Tak jauh dari lokasi tersebut adalah rumah anggota Surya Utama alias Uya Kuya—saat itu menjabat anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PAN. Sebetulnya rumah itu milik mertua Uya yang kemudian ia bangun dan tempati.
Makin petang massa terus bertambah seolah menunggu aba-aba dan instruksi lebih lanjut. Warga sekitar yang sedang melangsungkan serangkaian acara 17 Agustusan mengaku tak kenal satu pun dari massa yang sejak sore sudah berdatangan itu.
Sekitar pukul delapan malam, salah satu saksi melihat segelintir massa itu mendekat ke rumah Uya. Menurut warga, gelagatnya seperti sedang memantau kondisi.
“Disurvei dulu sama mereka sebelum dijebol,” ucap salah satu saksi kepada asianews.com.
Setelah itu, sekitar pukul sembilan malam, massa yang makin banyak mulai merangsek masuk ke rumah Uya yang berpagar tinggi itu. Menurut keterangan warga, setidaknya ada dua mobil bak terbuka yang turut membawa para penjarah itu. Salah satu saksi menegaskan, sebagian massa penjarah yang datang terdiri atas anak-anak muda berbadan tegap dan mengenakan masker serta helm.

Keadaan di dalam rumah mewah Surya Utama atau Uya Kuya usai dijarah massa di Pondok Bambu, Jakarta Timur, tampak lengang pada Minggu (31/8/2025).
Foto : Ari Saputra/asianews.com
Seperti halnya di rumah-rumah lain, massa disebut bergerak cepat dan taktis seolah telah mendapat arahan dan pembagian tugas. Beberapa penjarah disebut sengaja melempar dan menumpuk barang di jalan kampung, memprovokasi warga sekitar untuk ikut menjarah.
Setelah beberapa hari berlalu, beberapa orang yang mengaku penjarah kembali dan mengembalikan barang yang diambilnya. Saat diinterogasi oleh warga, mereka mengaku tergabung dalam sebuah grup media sosial, salah satunya Telegram. Salah satu grup itu disebut bertajuk “Bakar Sejabodetabek”. Dari keterangan dan bukti di KTP, beberapa penjarah ini beralamat di wilayah Provinsi Jawa Barat, salah satunya Cikarang.
“Mereka ngaku kok, ada grupnya, isinya banyak orang,” ucap salah satu saksi.
Anehnya, beberapa hari setelah kejadian, para warga yang kedapatan memiliki video dokumentasi saat kejadian mengaku ditemui oleh orang yang mengaku sebagai aparatur negara. Mereka diminta menyerahkan salinan dokumentasi kejadian dan menghapusnya dari perangkat pribadi milik warga.
Di sisi lain, seperti di rumah Sahroni, salah satu warga mengatakan, beberapa hari sebelum kejadian, si empunya rumah seperti sudah diberi tahu tentang ancaman yang akan terjadi. Oleh karena itu, ibu mertua Uya Kuya disebut telah diungsikan sebelum kejadian penjarahan tersebut.
Barang yang dijarah dari rumah Uya Kuya banyak berceceran di jalan, sampai sekitar 100 meter dari rumahnya. Salah satu penjaga warung menjelaskan, di depan tempatnya berjualan, banyak dokumen, batu, hingga pakaian berserakan.
“Batunya paginya penuh depan. Depan itu penuh dokumen sama baju. Saya yang bersihin itu sendiri,” kata saksi mata yang identitasnya kami sembunyikan tersebut kepada asianews.com.
Saksi mata tersebut juga menyaksikan banyak yang datang memang sudah bersiap untuk menjarah sejak awal. Mereka tidak datang dengan tangan kosong. Beberapa warga memiliki kesaksian serupa.
“Massa itu datang pas mau jarah itu jam 10, teriak-teriak huhuhu, keras gitu. Ada yang bawa batu, molotov, ada yang bawa buat nyongkel itu,” ujarnya.